Selasa, Februari 24, 2009

Bahasa Arab dan Tantangan Globalisasi

Penterjemah: Arif Syibromalizi, Lc.

Acara El Syariah wal Hayat Bag. II
21.25 – 44.35
PA:Assalamu alaikum warahmatullah. Selamat Datang di acara El Syariah wal Hayat, Episode malam ini seputar masa depan Bahasa Arab. Sebagian masyarakat Arab memandang remeh Bahasa Arab dan penggunanya.. Apakah hal tersebut menyebabkan adanya kekhawatiran akan masa depan Bahasa Arab di negri Arab?
YQ: Yang jelas, perlu dibedakan antara ketakutan dan keterkejutan. Boleh-boleh saja seseorang merasa khawatir dan berusaha menepis bahaya musnahnya Bahasa Arab dengan meneriakkan jargon: “Selamatkan dan permudahlah pengajaran Bahasa Arab. Pilihlah guru-guru yang mumpuni, serta berilah mereka gaji yang pantas”. Karena terkadang terjadi, banyak guru Bahasa Arab yang hanya menerima gaji kecil. Suatu hari saya pernah berkata kepada mereka, bahwa orang yang paling sengsara adalah pegawai. Dan pegawai yang paling sengsara adalah guru. Dan guru yang paling sengsara adalah guru agama dan Bahasa Arab, karena mereka tidak menerima hak-haknya yang pantas. Akan tetapi saat ini saya yakin semua hak guru telah terpenuhi. Pandangan masyarakat terhadap guru Bahasa Arab lahir dari rasa hormat masyarakat terhadap bahasanya, khususnya Bahasa Arab yang merupakan bahasa mulia. Hal ini dilihat dari karakter, komponen, keistimewaan, ilmu derivasi serta kekayaan Bahasa Arab seperti banyaknya sinonim dan kosakata untuk satu makna. Lihatlah, berapa kosakata untuk 'pedang'. Berapa kosakata untuk makna 'kham/ (arak). Berapa kosakata untuk onta. Juga dalam Bahasa Arab, setiap tingkatan umur mempunyai nama tertentu, seperti bintu makhad, bintu labun dan lain-lain. Sampai kosakata untuk makna-makna psikologis/kejiwaan, seperti cinta dan sebagainya. Juga setiap fase perkembangan kejiwaan manusia mempunyai nama masing-masing dalam Bahasa Arab. Anda tidak akan menemukan kekomplekan seperti ini dalam bahasa lain. Perkataan saya ini bukan didorong oleh fanatisme terhadap Bahasa Arab, akan tetapi hasil dari penelitian ilmiah menyatakan bahwa Bahasa Arab adalah bahasa istimewa. Dan tidak heran jika Allah swt memilihnya sebagai bahasa Alquran yang tidak dapat ditandingi oleh Bangsa Arab. Oleh karena itu, merupakan kewajiban bagi umat islam untuk menjunjung bahasanya dan memenuhi hak-haknya.
PA: Banyak orang yang meremehkan bahasa Arab dan bangga dengan bahasa asing beralasan/beranggapan bahwa bahasa Arab tidak dapat mengimbangi kemajuan ilmiah dan bahkan kebanyakan universitas-universitas Arab yang mengajarkan sains, mereka menggunakan bahasa selain Arab. Dimanakan kesalahan bahasa Arab di sini?
YQ: Kesalahannya terdapat dalam paradigma dan kemauan umat. Tidak ada kemauan yang keras untuk mengajarkan bahasa Arab. Seperti saya jelaskan bahwa peradaban Islamlah yang telah menciptakan sains. Bahkan dahulu negara-negara Eropa seperti Spanyol dan lain-lain berdatangan untuk mempelajari bahasa Arab dan ilmu pengetahuan yang berbahasa arab. Bahkan seseorang dianggap maju dan berpendidikan jika dia memasukkan kata-kata bahasa Arab dalam percakapannya, seperti yang terjadi saat ini. Seseorang dianggap modern jika ucapannya banyak disisipi kata Inggris, Perancis, Jerman yang menunjukkan bahwa dia seorang yang berpendidikan. Begitulah bahasa Arab dahulu. Dan ini bukan kelemahan bahasanya, akan tetapi kelemahan penggunanya. Lihat saja saudara-saudara kita yang belajar kedokteran di Syiria, mereka bisa menggunakan bahasa Arab dalam mempelajari kedokteran.
PA: Fenomena lemahnya penggunaan bahasa Arab saat ini mengingatkan kita pada membuminya bahasa Arab sewaktu terjadi penjajahan di dunia Arab yang berusaha mengikis bahasa Arab dan menggantinya dengan bahasa mereka. Dewasa ini, terjadi kemunduran dalam melawan keterasingan bahasa Arab dengan alasan globalisasi. Apakah benar globalisasi memaksa Bangsa Arab untuk lebih memperhatikan bahasa asing daripada bahasa pribumi?
YQ: Ya, mungkin benar seperti itu. Akan tetapi sama sekali tidak ada pemaksaan. Sebuah bangsa yang kuat tidak dapat dipaksa oleh bangsa lain. Perancis ketika menjajah Aljazair berusaha menduduki Aljazair. Mereka berusaha kuat untuk membunuh karakter utama bangsa Aljazair, yaitu agama dan bahasa Arab. Akan tetapi rakyat dan ulama Aljazair tidak tinggal diam dan melakukan perlawanan. seperti syeikh Abd Hamid Badis, Jamiyyah Ulama, Basyir ibn Ibrahim dan lain. Syeikh Abd Hamid sendiri mengarang nasyid yang menanamkan kecintaan terhadap agama dan bahasa Arab kepada siswa dan anak-anak. Nasyid itu berbunyi: "Bangsa Aljazair adalah muslim # dan kepada Arab mereka berafiliasi. Barangsiapa berkata "ini keturunan saya" dan mati, maka dia telah berdusta". Jadi, agama dan bahasa (Islam dan Arab) yang menjadi identitas. Dan umat harus selalu menjaga identitasnya itu, yang di antaranya ditandai dengan memegang teguh bahasanya. Jika suatu bangsa bersikap acuh terhadap bahasanya, maka berarti ia telah meremehkan identittasnya, sehingga menjadi bangsa asing yang terlepas dari kulitnya.

COMMERCIAL BREAK

PA: Kita akan mendengar beberapa komentar dan pertanyaan dari pemirsa di rumah. Pertama dari Bpk Kamal Syukri dari Jerman. Silahkan..
KS: Terimakasih kepada saudara Abd Shomad dan kepada Dr. Yusuf Qardhawi yang acaranya selalu saya ikuti. Pertanyaan saya seputar permainan kata-kata yang terjadi di beberapa chanel TV. Saya sering mendapati--bahkan dalam iklan--adanya kesalahan dalam membedakan kata "peradaban" dan 'kemajuan ilmiah'. Ketika salah satu perusahaan mengiklankan air dan listrik, mereka menamakannya dengan peradaban dan kemajuan. Jelas sekali, air dan listrik adalah produk kemajuan pengetahuan, bukan peradaban.
PA: Pertanyaan anda?
KS: Pertanyaannya adalah apakah benar penamaan perusahaan air dan listrik ini sebagai peradaban? Pertanyaan kedua adalah tentang bahasa Arab. Sekarang ini bahasa Arab di Kairo menjadi bahasa resmi dalam kelas di sekolah-sekolah. Hal ini menurut saya adalah suatu keputusan politik yang penting yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan revolusi pada waktu Kepemimpinan Gamal Abd Nasir, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Dr. Yusuf Qordhowi.
PA: Dari Syiria, silahkan Abu Ishak al Hamawi
AIH: Assalamu alaikum, salam sejahtera untuk sdr Abd. Shamad dan Dr. Yusuf Qardhawi (semoga Allah selalu menjaganya). Saya bekerja di Doha. Ada beberapa pihak yang mensyaratkan bisa berbahasa Inggris jika ingin bekerja di tempatnya. Ada juga yang memberi gaji lebih kepada orang yang bisa berbahasa Inggris.
PA: Saya kira Dr. Yusuf Qordhawi telah membicarakan masalah seputar pensyaratan bahasa Inggris bagi pelamar kerja ini. Terimakasih Abu Ishak. Selanjutnya, Rasyid Al Ubaidah dari Swiss, silahkan…
RS: Assalamu alaikum..Tema kali ini sangat baik sekali dan semoga Allah memanjangkan umur Syeikh Yusuf Qardhawi. Semoga Allah memberi balasan atas ilmunya. Saya melihat di Eropa terdapat teori pendidikan, ketika anak menginjak kelas satu SD dan mengalami kelemahan dalam bahasa Jerman atau Perancis, mereka menyempurnakan bahasa tanah air dahulu. Mereka berkata, pengantar awal untuk berbahasa adalah dengan mempeajari bahasa tabah air. Artinya, seorang anak seharusnya mempelajari bahasa aslinya terlebih dahulu, sebelum mempelajari bahasa lain.
PA: Pertanyaannya?
RS: Pertanyaannya adalah mengapa di negara Arab justru yang terjadi sebaliknya?.
PA: Ya, kita telah membicarakan hal itu. Terimakasih saudara Rasyid. Apakah ada komentar dari anda, Dr. Yusuf?
YQ: Untuk tadi yang mengkritik penggunaan kata yang kurang tepat dan tidak cermat dalam memberi istilah, hal ini berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang, bukan pada bahasanya. Seseorng yang punya pengetahuan yang tinggi, pasti akan cermat dalam memilih istilah, apalagi istilah-istilah yang punya implikasi besar, seperti kata Hadlarah (peradaban), Tsaqofah dan lain-lain. Akan tetapi saya ingin mengkritik hal yang lebih sederhan dari itu, yaitu hilangnya unsur-unsur bahasa Arab. Seperti ilmu nahwu, yang tidak lagi dipakai sebagai ukuran bahasa. Anda mendengar misalnya seseorang berkata (dalam bahasa Arab) dengan merafa'kan maf'ul atau menasabkan fa'il, atau huruf jar yang tidak men-jer-kan kata setelahnya. Perlu diperhatikan prioritas ilmu nahwu. Bahkan ada orang yang kemudian mengkritik Imam Sibawaih. Walau Sibawaih bukan orang arab, tapi beliau telah membantu bahasa Arab. Mereka mengkritik bahwa Sibaiwaih dan ulama sebelumnya telah memperumit dan berfilosofi dalam ilmu nahwu dan sebagainya. Kemudian ada juga Ibn Madhail al Andalusi yang mengarang taysir al nahwi (pemudahanan ilmu nahwu), juga usaha-usaha lain dewasa ini yang berusaha meyederhanakan kaidah-kaidah bahasa arab (nahwu dan shorof). Lembaga-lembaga bahasa juga berusaha untuk mempermudah bahasa Arab, atau memilih kata-kata--bahkan dari kata ‘amiyah (pasaran) dan melegimitasi penggunaannya di masayarakat.

COMMERCIAL BREAK

PA: Salah seorang penulis berkata: “Bagi yang merasa berat atau susah mempelajari bahasa Arab, saya harap jangan cemas. Karena kesalahan bukan pada anda, akan tetapi pada bahasa Arab yang tidak tersentuh oleh perkembangan zaman". Seberapa jauh kebenaran pernyataan ini?
YQ: Saya kira pernyataan seperti ini, yang mengkritik Sibawaih dan menyandarkan kesalahan pada Sibawaih, adalah pernyataan yang tidak perlu dihiraukan. Seperti yang telah saya tegaskan bahwa kesalahan terdapat pada kita sebagai pengguna bahasa. Kita tidak serius berusaha mempermudah/ mensistematisasi pembelajaran bahasa Arab. Memang terjadi sedikit pensistematisasian. Seperti dahulu kita belajar ilmu nahwu di Ibtidaiyyah (SD), Tsanawiyah (SMP) dan Al Azhar sebanyak 6 kali, dengan rujukan kitab-kitab utama. Ketika di Ibtida’iyyah (SD), kita belajar nahwu 4 kali, kitab syarah al ajurumiyyah, syarah azhariyah, dan syarah qothr al nada wa ball al shoda ibn Hisyam, syarah syujur al dzahab fi syarh kalam al arab. Empat kitab rujukan utama ini kita pelajari di ibtidaiyyah (SD). Setelah itu muncul kitab-kitab ringkas seperti Nahw al wadhih karangan Ali al Jazim, al Balaghah al wadhiah dan lain-lain. Setiap generasi terdapat pensistematisasian bahasa Arab, akan tetapi umat Islam tidak memanfaatkan dengan semestinya. Hal ini disebabkan umat Islam tidak memberi hak yang semestinya pada bahasa. Terkadang umat Islam beranggapan bahwa bahasa bukan sesuatu yang utama. Ini adalah bentuk kesewenang-wenangan/ kezaliman terhadap bahasa Arab yang telah mengangkat derajat kita.
PA: Sejauh mana pengaruh penomorduaan bahasa arab dan lebih mendalami bahasa asing dengan alasan merupakan bahasa peradaban terhadap keterikatan dan hubungan antar individu dan umat?
YQ: Seperti yang saya katakana, bahw jika umat merasa hina, maka hina juga bahasanya.Karena bahasa mencerminkan identitas dan kekuatan umatnya. Jika umat merasa kuat, maka bahasa ikut menjadi kuat. Khusunya bahasa arab yang merupakan bahasa mulia, dengan bukti menjadi bahasa Alquran dan banyaknya negara yang mempelajari bahasa Arab sebagai bentuk ibadah kepada Allah tanpa tekanan umat arab. Bahasa arab menyebar dengan sendirinya.
PA: Banyak negara Eropa yang melarang memasang plang atau iklan denga bahasa asing, seperti di Perancis dan Jerman. Bahkan presiden Perancis pernah mencela salah menterinya ketika mengunjungi suatu negara dan berceramah dengan selain bahasa Perancis. Sebaliknya, kita lihat para pejabat kita ketika mengunjungi suatu negera, mereka malah bangga menggunakan bahasa asing. Apakah hal ini menunjukkan kita tidak percaya diri dengan bahasa kita. Lebih jauh lagi, di sebagian negara Arab terdapat keluarga yang mgnggunakan bahsa asing sebagai bahasa komunikasi diantara anggota keluarga mereka?
YQ: Inilah yang sangat disayangkan dan menunjukkan kelemahan umat Islam. Seandainya saja umat Islam menyadari kehebatan dan kekuatan mereka, maka bahasa pasti akan terangkat bersamanya. Sudah seharusnya untuk para ibu dan bapak menganjurkan anak-anaknya berbicara bahasa Arab, dimulai dengan tingakat bahasa yang mudah. Sebagian kaum muslim berkeyakinan bahwa bahasa Arab itu bahasa yang sulit, berat dan terjal. Padahal kita tahu, koran-koran dan majalah semua berbahasa Arab fusha (baku) dan dibaca oleh seluruh masyarakat. Mereka tidak kesulitan membacanya. Belum lagi radio dan televesi. Aljzairah seindiri menyuguhkan selutuh berita dan acara-acarannya dengan bahasa Arab. Semua dipahami oleh masyarakat. Jadi, tuduhan bahwa bahasa Arab itu bahasa yang rumit, sulit dan tidak bisa dipahami adalah tuduhan yang tidak benar,
PA: Bagaimana mengembalikan kepercayaan kita terhadap bahasa Arab?
YQ: Semua pihak harus bekerjasama, dimulai dari institusi keluarga, sekolah, lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran, universitas, pusat-pusat studi, kementrian penerangan, dan lembaga penyiaran, karena saya sering temukan banyak acara-acara yang menggunakan bahasa ‘amiyah (pasaran). Belum cukupkah bahasa ‘amiyah itu digunakan di film, sinetron, sandiwara, lawakan dan lain-lain. Menggunakan bahasa pasaran berarti mempersempit ruang bahasa Arab. Semua harus mengemban tanggunjawab itu. Tapi terkadang, kita membngun, malah yang lain menghancurkan. Seperti perkataan syair: "Kapan bangunan itu akan berdiri # jika kamu membangun sedangkan yang lain menghancurkan. Ya karena menghancurkan itu lebih mudah daripada membangun. Saat ini, menghancurkan cukup dengan bom, bukan lagi dengan kampak. Oleh karena itu, menghancurkan itu mudah tapi berbahaya. Kita harus mengajari umat bagaimana menjaga bahasanya agar dapat menjaga identitas dan keunikannya.
PA: Barakallahu fikk..Sayang sekali waktunya sangat sempit, padahal banyak sekali yang belum dibicarakan. Terimakasih untuk anda dan pemirsa sekalian. Kita berjumpa kembali minggu depan insyaallah.

Tidak ada komentar: