Kamis, September 25, 2008

Pemancing Cilik

Pada tepian sebuah sungai, tampak seorang anak kecil sedang
bersenang-senang. Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali
tangannya dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat
sangat menikmati permainannya.

Selain asyik bermain, si anak juga sering memerhatikan seorang paman
tua yang hampir setiap hari datang ke sungai untuk memancing. Setiap
kali bermain di sungai, setiap kali pula ia selalu melihat sang paman
asyik mengulurkan pancingnya. Kadang, tangkapannya hanya sedikit.
Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat banyak jumlahnya.

Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak pulang dengan ikan
hasil tangkapan yang hampir memenuhi keranjangnya, si anak mencoba
mendekat. Ia menyapa sang paman sambil tersenyum senang. Melihat si
anak mendekatinya, sang paman menyapa duluan. "Hai Nak, kamu mau ikan?
Pilih saja sesukamu dan ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta
ibumu untuk memasaknya sebagai lauk makan malam nanti," kata si paman
ramah.

"Tidak, terima kasih Paman," jawab si anak.

"Lo, paman perhatikan, kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil
melihat paman memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan
kepadamu, kenapa engkau tolak?"

"Saya senang memerhatikan Paman memancing, karena saya ingin bisa
memancing seperti Paman. Apakah Paman mau mengajari saya bagaimana
caranya memancing?" tanya si anak penuh harap.

"Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar memancing
engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di sungai ini.
Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu alat pancing
ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?"

Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai
untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang umpan,
melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup... kail
pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan untuk
memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati kerumunan
ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan, sang paman dan
anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan ikan hasil
tangkapan berada diujungnya.

Begitu seterusnya. Setiap kali berhasil menarik ikan, mereka kemudian
melemparkan kembali kail yang telah diberi umpan. Memasangnya kembali,
melemparkan ke sungai, menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail
dari mulut ikan, hingga sore hari tiba.

Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari memancingnya
bersama sang paman bertanya, "Paman, belajar memancing ikan hanya
begini saja atau masih ada jurus yang lain?"

Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. "Benar
anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu latih
adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus pada
tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan. Belajar
memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari mengulang
hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal yang baik.
Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa yang sedang
kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa tercapai."

Pembaca yang budiman,

Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih kesuksesan
kita tidak membutuhkan teori-teori yang rumit, semua sederhana saja,
Sepanjang kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian mampu
memaksimalkan potensi yang kita miliki sebagai modal, terutama dengan
menggali kelebihan dan mengasah bakat kita, maka kita akan bisa
mencapai apa yang kita impikan dan cita-citakan. Apalagi, jika semua
hal tersebut kita kerjakan dengan senang hati dan penuh kesungguhan.

Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan kita secara konsisten,
maka sebenarnya kita sedang memupuk diri kita untuk menjadi ahli di
bidang yang kita kuasai. Sehingga, dengan profesionalisme yang kita
miliki, apa yang kita perjuangkan pasti akan membuahkan hasil yang
paling memuaskan.

Salam sukses, luar biasa!!!

Sumber: Pemancing Cilik oleh Andrie Wongso